(كوني لؤلؤة نفيسة ولو بين الرمال ~**~ ~**~ كوني زهرة جميلة ولو بين الأعشاب ~**~ (يسري كومبيه ~**~
"Jadilah Sebutir Mutiara Yang Berharga Meski Di Antara Tumpukan Pasir... Jadilah Setangkai Bunga Yang Indah Meski Di Antara Tumbuhnya Rerumputan..." (Yusri Kombih)

Selasa, 05 Maret 2013

Filled Under:

~:`Rindu tidak pernah Berdusta:`~


oleh Aina Al-Mardiyah pada 5 Maret 2013 pukul 22:33




Rindu tidak pernah berdusta. Rindu, satu rasa yang nyata. Nyata tanpa bayang-bayang semu. Bibir berucap "tidak" namun rindu berkata "ya". Rindu tidak pernah berdusta. Rindu pun indah seperti indahnya jingga senja ini, dia tidak berdusta pula, indah seindah rasa rindu yang semakin menjadi dalam qalbu.

Bertatap, bersua, tertawa dengan mereka. Kenangan yang alami tanpa rekayasa. Kenangan tidak pernah berdusta, dia setia merekam semua yang terjadi antara aku dengan mereka.

"Nak, apapun yang terjadi kamu harus menjadi muslimah shalihah, muslimah yang berani seperti Siti Hajar. Mungkin kamu bukan wanita yang secerdas Siti Aisyah, sesetia Siti Khodijahm dan seshabar Siti Fatimah. Namun ayah berharap
kamu terus berusaha menjadi muslimah yang berani, tegar dan menjadi atlet-Nya yang tangguh."

Rindu tidak pernah berdusta. Aku rindu nasihat-nasihat ayahku. Aku rindu sentuhan tangan bajanya dikepalaku.

"Meskipun kamu akan berada jauh dari ayah, ayah akan selalu ada untukmu, ayah akan selalu mendo'akanmu. Semoga kamu berhasil dan sukses. Ayah sayang kamu wanita tangguh."

Tetesan air mata yang coba ayah tahan, kini mulai berjatuhan satu persatu. "Ayah...." pekikku,
Air mata ini tak mampu lagi aku bendung. Aku menangis sejadi-jadinya.

"Nak, jadilah muslimah yang shabar, disiplin, dan pantang menyerah. Tuntutlah ilmu-Nya hanya karena-Nya. Mungkin kamu bukan wanita yang cerdas secerdas Siti Aisyah, dan bukan wanita yang suci sesuci Siti Maryam. Tapi teruslah berusaha untuk menjadi muslimah yang lebih baik. Jadilah aktris-Nya yang terbaik."

Kenangan tidak pernah berdusta. Aku teringat hari-hari indahku bersamanya. Begitu indah dan sangat istimewa.

"Usahakanlah shalat wajib awal waktu ya Nak. Tidak ada panggilan yang lebih penting selain panggilan untuk bertemu dengan-Nya. Bunda akan selalu merindukan muslimah cerdas bunda ini. Selama bunda masih bernafas insya Allah namamu akan selalu ada dalam setiap do'a bunda. Bunda menyayangimu, Nak."

Air matanya belum berhenti dari Shubuh tadi. Mengalir bening, sebening cinta kasihnya kepadaku. Tangisku semakin meraung seperti layaknya anak sekolah dasar. Aku tak peduli. Aku memeluk mereka sekencang-kencangnya, mereka pun demikian kepadaku. Lemas, lunglai saat aku melepaskan peluk hangat mereka.
Rindu tidak perbah berdusta. Aku rindu mereka. Rindu ini terasa sejuk seperti musim di negeri ini. Angin sepoi, kicauan burung yang khas, bunga-bungan yang bermekaran, dan daun-daun yang jatuh tersentuh angin beterbangan.

Aku mencoba melukiskan rinduku dengan kuas dan kanvas putih ini, besenandung dengan irama angin dan alam yang luar biasa ini. Namun sayang, rinduku lebih luar biasa. Lebih indah. Aku menikmati rinduku kepada mereka. Rindu yang menyiksa namun menguatkan.

Akan aku habiskan sore ini disini dengan rindu yang semakin dalam. Rindu tidak pernah berdusta. Meski aku mencoba untuk tersenyum dan riang ceria, namun rindu tersiksa karena belum bisa terlepas dari dalam qalbuku.

Keharmonisan keluarga kecil itu selalu aku rindukan. Senyuman ayah dan bunda selalu terlukis dalam benak pikiranku. Senyuman yang menjadi penguat dalam setiap langkahku. "Aku merindukan kalian, sungguh aku tidak berdusta. Aku sangat merindukan kalian."

Seperti yang telah aku katakan, aku akan menghabiskan sore ini disini.
Hari ini telah habis dengan cerita ayah dan bunda yang menjadi motivasi dalam hari-hari indahku disini.


05/03/2013

0 komentar:

Posting Komentar

Visitor

free counters

Copyright @ 2013 صاحب القرآن.