(كوني لؤلؤة نفيسة ولو بين الرمال ~**~ ~**~ كوني زهرة جميلة ولو بين الأعشاب ~**~ (يسري كومبيه ~**~
"Jadilah Sebutir Mutiara Yang Berharga Meski Di Antara Tumpukan Pasir... Jadilah Setangkai Bunga Yang Indah Meski Di Antara Tumbuhnya Rerumputan..." (Yusri Kombih)

Jumat, 05 Februari 2016

Filled Under:

Dakwah: Si Bahtera Cinta




Apa-apaan ini? Gak ada judul lain? ‘Bahtera Cinta?’ Kenapa gak ‘bahtera keluarga’ aja sekalian!?
Ssssh… sudahlah. Don’t judge a book by its cover artinya jangan lihat tulisan dari judulnya. Ups!



Ehem, ehem, ini yang serius.


Kulihat kau lelah kawan, mungkin ada baiknya jika kau rehat sejenak, toh hidup tak mesti terus berlari. Adakalanya pilihan terbaik adalah diam menekuri diri serta menata hati sambil menanti hati menginsyafi.


Mungkin kau lihat bahtera ini reyot, jangankan berlari jalannya pun morat marit. Barangkali kau lihat bahtera ini nyaris karam, jangankan maju bertahan pun mengkhawatirkan. Ya, mungkin. Ya, barangkali.


Namun jika berkenan, tak ada salahnya kau tambal sedikit jika memang ia berlubang. Tak ada celanya kau kuras sedikit airnya jika ia memang nyaris karam.


Sudah berapa lama kau berlayar di kapal ini kawan? Sudah terlalu lama kah? Manusiawi memang jika kau lelah. Nabi Yunus pun pernah lelah. Ia tinggalkan kaumnya dalam gusarnya. Ia pergi dengan bahtera, namun justru ia tak diizinkan pergi lantaran bukan berlayar dengan cinta melainkan dengan amarah. Amarah tak berguna dalam cinta, ia hanya menenggelamkan dalam gelap. Nabi Yunus akhirnya tenggelam dalam ‘zhulumatun tsuluts’ (tiga kegelapan); gelap malam, gelap lautan, gelap perut ikan. Ia ditelan ikan raksasa, kawan. Ah! Mengapa kuceritakan ini, toh kau pun pasti sudah tahu kisahnya.
La ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu min azh-zhalimin.


Sudah seratus tahun kah kau berlayar, kawan? Oh, maaf maaf… mungkin aku terlalu meremehkanmu. Melihat lelahmu mungkin sudah hampir setara Nabi Nuh kau berkhotbah. Seribu tahun kurang lima puluh tahun ia berdakwah, namun hasilnya hanya sekelumit manusia yang menjadi umatnya. Ah, kawan! Benar katamu, apa untungnya jika sudah begitu lama hanya segelintir manusia yang merespon? Tak berguna.


Dalam ‘ketidakber-untung-an’ itu ternyata Nabi Nuh tetap bertahan, kawan. Dalam bahtera-nya ia terselamatkan serta orang-orang yang membersamainya dalam cinta; dalam iman.

Tapi ini tidak sah! Tidak legal! Oh, kawan. Betapa aku setuju denganmu. Zaman sekarang bagaimana mungkin kita bertahan dalam hal yang tidak sah. Aku setuju kawan. Tapi, ternyata Nabi kita Muhammad tidak demikian. Dalam hal menyampaikan pesan cinta dari sang Mahacinta tak mesti dituggui ke-sah-an di mata manusia. Ia bahkan berdakwah meski diboikot, diasingkan, dan dijadikan buronan. Sudah berapa lama kau diboikot, diasingkan dan dijadikan buronan, kawan?


Ada baiknya kita melihat dengan cinta, kawan. Jika saudaramu tidak menemanimu, mungkin di seberang sana ia mendoakanmu dalam rindu. Jika saudaramu belum lagi membersamaimu, mungkin nun jauh di sana ia merindukanmu dalam doa.


Ah, tapi mungkin mereka memang benar-benar tak acuh lagi! Mereka tak cinta lagi. Mereka tak rindu lagi! Mereka telah lupa!


Baiklah, kawan, mungkin saatnya kau yang mendokan mereka. Berdoa kepada Rabb sang pemilih hati yang berada di dada-dada mereka. Semoga mereka sadar dari alpa. Semoga mereka ingat dari lupa. Mungkin  doa lebih baik dari cela. Jika tak terijab kini, tak masalah pun jika terkabul seribu tahun lagi.


Jalan ini panjang, semoga kelak ia terus terbentang, bahkan saat kita tak ada lagi di dunia ini.


Kulihat kau lelah kawan, mungkin ada baiknya jika kau rehat sejenak, toh hidup tak mesti terus berlari. Adakalanya pilihan terbaik adalah diam menekuri diri serta menata hati sambil menanti hati menginsyafi.

Ah, kawan, semoga Allah memudahkan urusanmu. Yassarallahu umurak.


“… Dan Allah yang mempersatukan hati para hamba beriman. Jika pun kau nafkahkan perbendaharaan bumi seluruhya untuk mengikat hati mereka, tak kan bisa kau himpun hati mereka. Tetapi Allah-lah yang telah menyatupadukan mereka…” (Al Anfal:63)


Allahumma yassir wa la tu’assir.

Allahu a’lam.




yusrikombih, BSD City



0 komentar:

Posting Komentar

Visitor

free counters

Copyright @ 2013 صاحب القرآن.