(كوني لؤلؤة نفيسة ولو بين الرمال ~**~ ~**~ كوني زهرة جميلة ولو بين الأعشاب ~**~ (يسري كومبيه ~**~
"Jadilah Sebutir Mutiara Yang Berharga Meski Di Antara Tumpukan Pasir... Jadilah Setangkai Bunga Yang Indah Meski Di Antara Tumbuhnya Rerumputan..." (Yusri Kombih)

Sabtu, 06 Februari 2016

Filled Under:

Sungguh Menakjubkan Urusan Seorang Mukmin



Bismillah ar Rahman ar Rahim


فَلْيُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يَشْرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ ۚ وَمَن يُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُقْتَلْ أَوْ يَغْلِبْ
فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
(Maka hendaklah berperang di jalan Allah) demi untuk meninggikan agama-Nya (orang-orang yang membeli) artinya menukar (kehidupan dunia dengan akhirat. Siapa yang berperang di jalan Allah lalu ia gugur) mati syahid (atau memperoleh kemenangan) terhadap musuhnya (maka nanti akan Kami beri ia pahala yang besar.)
(Tafsir Jalalyn QS. An Nisa: 74)


Dalam An Nisa ayat 72 disebutkan ada orang yang berlambat-lambat dalam berjihad—bahkan maksudnya mereka tidak ikut berjihad, menurut Muqatil Ibnu Hayyan—merekalah golongan orang-orang munafik.


Sebagaimana yang dilakukan oleh Abdullah Ibnu Ubay Ibnu Suhail—na’dzubillah—ia enggan ikut berjihad—dalam konteks ayat 72 surat An Nisa ini jihad dalam bentuk perang—dan juga menghalang-halangi orang lain untuk berjihad, demikian pendapat Ibnu Juraij dan Ibnu Jarir.


Terlepas dari perintah perang—sebagai salah satu bentuk jihad—dalam An Nisa ayat 74 di atas, hal yang juga perlu kita cermati dari ayat tersebut adalah ganjaran bagi orang yang berjihad—berjuang—di jalan Allah. Apakah ‘fa-yuqtal’—maka ia terbunuh—maupun ‘aw-yaghlib’—atau ia memperoleh kemenangan, maka nanti akan kami beri ia pahala yang besar.


Allah Asy- Syakur, bukan hanya jika berjihad lalu menang maka kemudian mendapatkan pahala, tetapi terbunuh pun sama halnya. Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin.


Seperti halnya tawa dan tangis, suka dan duka, pahit dan manis, gelap dan terang, lapang dan sempit, nikmat dan musibah, senang dan susah, setiap insan selalu digilirkan dari dua keadaan itu. Dan masing-masing tidak ada yang berkekalan. Jika kau rasa suka hari ini bisa jadi esok hari duka yang kau dapat. Tangis tak tertahankan hari ini bisa jadi esok hari tawa menantimu. Masing-masing dari kedua hal yang kontradiktif itu adalah ujian. Jika kau pikir kesulitan adalah cobaan, maka kemudahan pun demikian.


Jadi janganlah terjebak dalam tawa dan tangis, suka dan duka, pahit dan manis, gelap dan terang, lapang dan sempit, nikmat dan musibah, senang dan susah, kita mestinya melampaui rasa-rasa dan keadaan itu. Betapa beruntunng jika kita mampu menyikapi rasa-rasa dan keadaan itu dengan sabar dan syukur.

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin,” sabda sang Nabi sebagaimana diriwayatkan Muslim, “semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.”


Demikian halnya dakwah di jalan Allah. Banyak pengikut atau sedikit, diterima atau ditolak, bukanlah jadi acuan. Jalan dakwah memang selalu penuh hambatan, sejak dahulu selalu begitu. Pengikut dakwah memang hanya sedikit, sejak dahulu senantiasa demikian. Dakwah memang sering ditolak, sebab hidayah hanyalah milik Allah. Sekali lagi kita mestinya melampaui rasa-rasa dan keadaan itu. Betapa beruntunng jika kita mampu menyikapi rasa-rasa dan keadaan itu dengan sabar dan syukur. Diterima atau ditolak dakwah itu, seorang da’i sudah mendapat pahala dari Allah, insya Allahu ta’ala.


Apakah menang dalam perang tidak penting? Tentu saja menang dalam perang adalah keberuntungan yang besar. Namun terbunuh dalam perang pun bukanlah kehinaan, melainkan ia adalah sebuah kemuliaan; syahid. Bahkan banyak para pemburu syahid yang berperang dan berharap Allah mewafatkan mereka dalam perang itu.


Apakah tawa, suka, manis, terang, lapang, nikmat, dan senang tidak perlu? Tentu saja jika kita mendapatkan semua itu sungguh kita memperoleh karunia yang besar. Namun tangis, duka, pahit, gelap, sempit, musibah, dan susah pun bukanlah sebuah cela. Seseorang yang dibukakan pintu 
hikmah oleh Allah kepadanya, maka sungguh dia akan ridha dengan setiap keadaan.


Diterima dalam dakwah, memiliki banyak pengikut, bukankah hal tersebut patung diperjuangkan? Tentu saja jika dakwah kita disambut, dan pengikut berbondonng-bondong menyertai, sungguh kebahagiaan yang tak terkira. Namun sekali lagi ditolak dan belum diterima pun bukanlah sebuah kejelekan. Mungkin Allah masih hendak menguji kadar jihad dan kesabaran kita. Menguji keikhlasan dan keistiqamahan kita.


Menang atau terbunuh dalam perang, Senang atau susah dalam hidup, diterima atau ditolak dalam dakwah, semua itu adalah kebaikan bagi seorang mukmin.


Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin!


Tentu saja semua itu menjadi kebaikan jika dibingkai dengan keikhlasan. Ah, betapa betapa sulit menjadi ikhlas. Bahkan ikhlas pun masih lagi membutuhkan keikhlasan. Pun jika kita sudah ikhlas, masih ada satu hal lagi yang akan dipertanyakan: keistiqamahan.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "RABB KAMI IALAH ALLAH," kemudian mereka BERISTIQAMAH maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita." (Al Ahqaf: 13)


Allahummarzuqna al-Istiqamah fi al-‘Ibadah.
Duhai Allah, rizkikan kepada kami istiqamah dalam ibadah.

Allahu a'lam.



yusrikombih, Depok

HADIS­_Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

Visitor

free counters

Copyright @ 2013 صاحب القرآن.