Negeri Impian
Negeri Impian
Oleh: Yusri Kombih
Entah apa yang aku rasakan, entah apa yang aku dengar, entah apa yang aku lihat, tiba-tiba semuanya seperti berubah.
Entah di mana aku berada saat ini, itu pun aku tak tahu. Rasanya aku belum pernah ke tempat ini, apa yang aku rasakan, apa yang aku dengar, apa yang aku lihat, tak mampu kuungkap dengan kata-kata, tak mampu kulukis dengan tinta, tak mampu kutulis dengan pena, semua terlihat begitu indah.
Bukit-bukit hijau yang berbaris mengelilingi perkotaan, pepohonan yang berjejer yang begitu lebat dengan daunnya yang menambah keindahan kota ini,rumah-rumah penduduk berbaris rapi, dan di tengah-tengah perumahan penduduk ada sebuah Masjid yang menjulang tinggi, dengan dua buah menara di kiri dan kanannya, yang terlihat begitu indah. Gumpalan awan di langit biru yang begitu lembut, sinar mentari pun seaka-akan memancarkan cinta dan kasih sayang, Subhanallah...! benar-benar mengagumkan.
Aku mersa berada di tempat yang asing, sangat asing, namun begitu indah. Terus ketelusuri daerah di sekitar perkotaan itu, kulihat banyak anak-anak yang barmain dengan riangnya, sambil berkejar-kejaran tampak semburat kebahagiaan yang amat di wajah mereka.
“Masa kecil yang indah” gumamku,
Dan aku pun semakin takjub, kala menyadari ternyata semua wanita di tempat ini memakai busana muslimah, mereka menutup auratnya dengan sopan dan mulia, tampak kehormatan dan kewibawaan dari wajah-wajah mereka.
Terus kulanjutkan perjalananku di tempat yana asing ini, semua mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, bahkan tak satu pun yang memperhatikan kebingunganku, sekarang aku tengah tiba di pasar yang terletak di pinggir perkotaan itu, ada yang menjual sembako, ada yang menjual sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, ada yang menjual pakaian, ada juga yang hanya duduk terdiam di depan tokonya. Semua tampak biasa, tidak ada yang luar biasa, namun ada sesuatu yang terjadi, ternyata apa yang tadinya kukagumi, yang membuatku takjub, ternyata belum seberapa. Tiba-tiba semua mereka bubar, meninggalkan semua aktivitas, semua hampir telah pergi, dan hanya menisakan beberapa ibu-ibu yang masih tetap.
Aku heran, ada apa gerangan?, mengapa mereka semua bubar dengan serta-merta?, setan apa yang datang?, tidak angin, tidak hujan, tidak pula gempa. Masyaallah...! Aku baru sadar, ternyata yang membuat mereka bubar, yang membuat mereka meninggalkan semua aktivitas mereka, ternyata mereka dibubarkan oleh lantunan adzan Dzuhur, mereka sejenak menghentikan aktivitasnya untuk memenuhi panggilan Tuhan. Hampir semua orang menuju Masjid, dan aku pun akhirnya aku pun mengikuti mereka ke masjid. Aku semakin takjub saja saat kudapati ruangan masjid hampir penuh sesak.
Usai shalat berjama’ah di masjid, mereka semua kembali ke keadaan semula, yang berdagang kembali berdagang, yang tengah dalam perjalanan kembali meneruskan perjalanannya. Ruangan masjid hampir kosong, ada beberapa orang yang masih tinggal membaca Al-Qur’an, ada pula yang sibuk berdzikir. Kulihat diserambi masjid, seorang anak laki-laki yang sepertinya seusia denganku, tengah duduk sendirian lalu kuhampiri.
“Assalamu’alaikum” salamku.
“Wa’alaikumsalam,” jawabnya, lalu kami berjabat tangan.
“Aku tahu, pasti kamu bukan asli penduduk di sini ???”, tanyanya.
“Iya…”.
“Mau kemana?”
“Aku tidak tahu…aku juga bingung”
“Loh ko’ bingung?, kalau begitu mari ikut saya”,ajaknya.
“Baiklah”,terimaku tanpa banyak tanya. Sesampai di rumahnya aku langsung di hidangi makanan dan minuman.
“Nama saya Hamdan”, kucoba perkenalkan diriku.
“Saya Syukron”,balasnya memperkenalkan diri.
“Oya, terus terang saya masih bingung, sebenarnya saya sekarang sedang berada di mana?”, tanyaku ingin tahu.
“Ini di Negeri Taman Islam”
“Negeri Taman Islam???”
“Ya, betul...!”.
“Oya, tadi aku melihat semua wanita disini memakai baju muslimah?, ada acara apa?.”
“Ya...tidak ada acara apa-apa, hal itu sudah menjadi kebiasan kaum wanita di negeri ini.”
“Jadi tidak satu makhluk pun yang membuka aurat di sini ???.”
“Tentu saja ada, kambing, lembu, dan semua binatang ternak di sini membuka aurat.”
“Ah..., kamu ada –ada saja, maksudku wanitanya???.”
“Oh...itu, ada juga sih, sebagian orang ada yang tak patuh dengan syari’at.”
“Syari’at apa???”
“Di negeri ini menegakkan hukum Al-Qur’an dan Al-Hadits”.
“Pemimpin negeri ini siapa?”
“Negeri ini dipimpin oleh seorang pemimpin yang Insyaallah beriman dan bertakwa, pemerintahan di negeri ini dijalankan dengan adil ,sehingga rakyat menjadi makmur.”
“Oh ya...?, memangnya tidak ada pejabat-pejabat yang bertindak korupsi???.”
“Tentu saja ada, sebagian mereka yang tidak taat kepada Allah, mereka tentu akan bertidak korupsi dan sewenang-wenang, tapi siapa yang bersalah akan dihukum, di sini hukum tidak pandang bulu, apakah dia pejabat ata rakyat biasa, apakah dia orang kaya atau orang melarat”, jelasnya, dan aku semakin takjub saja.
“Oh ya..., mengapa kamu begitu baik kepadaku, padahal kita baru saja bertemu”.
“Saudaraku, kamu adalah tamuku, jadi sudah sepantasnya demikian.”
“Terimakasih jika kamu menganggap saya begitu, mmm…bagaimana perasaanmu hidup di lingkungan masyarakat yang indah seperti ini???”.
“Tentu saja bahagia, tapi ada satu hal yang sangat saya khawatirkan.”
“Apa itu?”
“Aku sangat khawatir jika kelak, Bendera Islam akan luntur oleh budaya asing, Bendera Islam akan dirobek-robek oleh budaya kafir,
Islam yang sempurna ini,
Islam yang teramat mulia ini,
Islam yang indah ini,
Di akhir zaman akan di anggap aneh,
Islam di anggap tabu,
Islam di anggap asing,
Islam di anggap kampungan,
Islam di anggap terbelakang,
Islam di anggap ketinggalan,
Ajaran-ajarannya tidak lagi dijunjung tinggi, tapi malah diinjak-injak oleh orang Islam sendiri, baik oleh orang tua, pemuda, remaja, semuanya rusak, seakan-akan kembali ke zaman jahiliyah, nahkan lebih parah dari zaman jahiliyah”.
“Na’udzubillah…Benarkah???, lalu apa yang harus kita lakukan?”
“Pada saat itu sangat sulit sekali menegakkan kebenaran, namun kita harus tetap sabar, semua tergantung dari diri kita sendiri, kita harus berusaha menegakkan hukum-hukum Islam di permukaan bumi ini, maukah kau untuk selalu memegang teguh ajaran Islam wahai saudaraku?, dimana pada saat itu sangat sulit untuk menjumpai orang-orang yang beriman???”.
“I ...I ... Insyaallah sadaraku”, jawabku kaget sebab pertanyaannya sangat aneh bagiku.
“Oh...iya saudaraku, sedari tadi engkau hanya menanyaiku tentang negeri ini, bolehkah aku balik bertanya kepadamu tentang negerimu???
Negerimu di mana???
Kehidupan di negerimu bagaimana???
Pemerintahan di negerimu bagaimana pula???
Keadaan Islam di sana bagaimana???”
Tiba-tiba seekor nyamuk menggigit wajahku, hingga aku tersadar dari mimpiku, akau terbangun dari tidurku,
“ اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ “
Segala puji bagi Allah yang menghidupkan aku kembali setelah mematikan aku dan kepada Allah akan bangkit” ucapku sesaat setelah terbangun”.
“Oh...apa yang terjadi???”,tanyaku pada diriku sendiri,
“Sungguh mimpi yang indah”, gumamku.
Lalu adzan Shubuh berkumandang di masjid, aku bangun dan setelah berwudhu aku langsung menuju masjid, kudapati di masjid hanya ada segelintir orang yang shalat shubuh.
Melihat masjid yang begitu sepi dari jama’ah, akau teringat kembali pada mimpiku tadi.
“Sungguh negeri yang sangat indah”,gumamku.
“Syukron, saudaraku, mskipun pertemuan kita singkat, meskipun pertemuan kita hanya dalam mimpi, akan ku ingat baik-baik nasehatmu, akan ku pegang teguh ajaran agama yang suci ini.”
***
Sabtu, 29 Mei 2010
Filled Under:
Kumpulan Cerpen Islami
Negeri Impian
Posted By:
Yusri Kombih
on 05.49
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar