Terserahmu
Yusri
Kombih
Malam—siang
Pagi –petang
Gelap—terang
Ramai—lengang
Bersama—seorang
Tuhan...
Tunjuki
jalanku—katamu
Bimbing
aku—pintamu
Lindungi
aku—rayumu
Tolonglah...—belasmu
Ampuni
aku Tuhan...—tangismu
Kau berceloteh
Dalam kata—pinta—rayu—belas—tangis
Palsumu
Tunjuki
jalanku, O Tuhan...—katamu lagi
Bimbing
aku, O Tuhan...—pintamu lagi
Lindungi
aku, O Tuhan...—rayumu lagi
Tolonglah...,
Tuhan...—belasmu lagi
Ampuni
aku, O Tuhan...—tangismu lagi
Dengan
nama-Mu Tuhan
Ya
Puji
bagi-Mu
Tentu
Kau
Mahabaik
Tak tahu diri
Hanya
pada-Mu
Tak tahu malu
Tunjuki
aku
Itu ya hamba-Ku
Tolong
aku
Itu...
Kasihani
aku
Itu...
Selamatkan
aku
Ini...
Kumohon
Ini...
Lagi dan lagi
Omong kosongmu
Tunjuki
jalanku, O Tuhan...—katamu lagi lagi
Tunjuki
jalanku, O Tuhan...—lagi lagi katamu
Kau tahu jalan itu...—hardik-Nya
Aku
tidak tahu, O Tuhan...
Dusta!—sanggah-Nya
Mana
jalanku
Kau tahu...
Aku
tak tahu
Bohong!
Mana
dia
Ingkar!
Mana
Khianat!
Hhh
Munafik!
Kau menipu-Ku
Bagaimana
aku menipu-Mu?
Ya... Kau menipu dirimu
Mengapa tak kau dengar
Mengapa tak kau lihat
Mengapa tak kau pikir
Kau pinta
Kuberi
Kau tolak!
Kau rayu
Kusayangi
Kau pergi!
Kau memelas
Kubelasi
Kau lari!
Kau tangis
Kuusap
Kau cibir!
Mungkir!
O
Tuhan...
Jangan panggil aku Tuhan
Tuhan...
Aku bukan Tuhanmu
Lalu
siapa?
Mana Kutahu
Bagaimana
Kau tak tahu?
Kau pun tahu
Siapa?
Kau tahu
Terserah
pada-Mu, O Tuhan...
Terserahmu, Ya Hamba,
Terserahmu
Terserahmu
Terserahmu...
Tangerang Selatan, Kamis,
21 Februari 2013
dalam bahagia
BalasHapusdalam suka cita
dalam riang gembira
dalam gundah gulana
dalam duka nestapa
dalam angkara murka
dalam rindu merana
dalam sepi meronta
dalam sendiri tersiksa
Tempat-Mu lah aku menghamba
Tempat-Mu lah aku meminta
Akhir2 ini aku merasa kesepian boy, aku rindu sahabat2ku,
aku rindu orang2 yang bisa menopangku,
aku rindu orang2 yang selalu menasehatiku,
dan disekitarku kebanyakan orang apatis dan mementingkan urusannya sendiri,,,
kakiku terpasung
Hapustanganku terikat
pikirku pun terbelenggu
pikirku yang tak pernah usai
bagai alir air sungai
hingga kiamat tiba melerai
pikirku yang tak pernah tuntas
bagai desah hembus nafas
hingga maut datang melepas
tiada karibku di sisi
tiada handai menemani
kasih pun tah kemana
miliaran manusia yang lalu lalang
tiada yang kukenali
gedung raksasa yang berdiri
kulihat bagai peti mati
kendaraan yang brsilweran
kurasa bagai perhelatan duka
baru kusadari,
sku sendiri
tanpamu, tanpanya, dan tanpa mereka...
...
(tulisan ini kubuat ketika aku keliling2 Jakarta,
dan tak seorang pun kukenali.
ku sadar, aku sebatang kara di sini.
Akhirnya aku terhenti di bawah sebuah pohon rindang di samping Kampus UMJ..
dan itulah yang kurasakan...)
Aku juga merasakan apa yang kau rasakan boy.
aku sedang terpuruk. semua orang kecewa padaku. aku lelah. sepi. sendiri. terasing. terlupakan.
Bersabarlah boy... kurasa kita tidak sendiri,
SAAT TIADA YANG KITA MILIKI SELAIN ALLAH,
SUNGGUH... ALLAH LEBIH DARI CUKUP!!!
Oya... mengenai kesepian, saya pernah menemukan sebuah tulisan. Nnati2 saya kasih lihat.
Oya boy...
BalasHapusPuisi 'TERSERAHMU' di atas, menurut mu apa maknanya?
belum pernah aku menulis puisi yang serupa itu.
berbeda dari yang sudah-sudah.
kata-katanya memang sederahana, pun susunannya.
Tapi sebenarnya, ada rahasia di balik semua.
Di Antara Milyaran Manusia, Aku Kesepian...
BalasHapusAku sering merasa kesepian. Selalu. Hidupku cuma terbentuk dari ruang 3×3 meter dengan pendingin ruangan yang sesekali meneteskan air karena bocor. Berkeliling tumpukan kertas yang terserak. Kabel yang semberaut. Air mineral. Dan tisu-tisu bekas yang belum juga masuk ke dalam tong-tong sampah terdekat.
Sore kemarin. Di bawah teduh awan yang mendung, dalam langit yang mulai gelap dan menghitam, kepada seorang teman yang telah aku anggap dekat, aku katakan: AKU KESEPIAN. Aku katakan perasaanku tentang hati orang-orang, mereka yang mendekat saat kita menjadi hebat dan tidak ada yang mengunjungi saat kita bukan lagi apa-apa.
Aku melihat manusia dengan sudut pandang yang sinis. Terkadang ironis. Hiperbola. Personifikasi. Oh, sudahlah, ini kita bukan bercerita tentang majas. Aku melihat manusia sebagai sekelompok makhluk yang hidup dari satu kepentingan kepada kepentingan yang lain. Saat dia perlu, dia hadir, saat tidak, maka semuanya serasa sampah.
Tidak semua memang. Sebagian hadir dalam wujud yang tulus, namun kebanyakan memang demikian praktiknya. Sosokmu ada karena kamu itu dianggap penting.
Kepada temanku itu, aku katakan juga bahwa temanku tidak banyak. Aku tidak tahu harus mengeja nama siapa saat aku berada di dalam lubang sunyi itu. Sedari dulu, aku hidup di dalam dunia yang begitu sepi. Teman-teman terbaikku, tidak hadir dalam jarak yang berdekatan, kecuali cuma sedikit dari mereka.
Aku butuh banyak orang yang berkumpul bersamaku bukan karena mereka sedang membutuhkan aku, namun aku ingin seseorang yang memang menjadikannya aku sebagai teman yang mereka sayangi. Masalahnya adalah aku ini pemalas. Aku malas membina hubungan, aku malas untuk memulai. Aku terlalu takut, gugup, tidak percaya diri untuk mulai memberikan tangan sebagai awal mula persahabatan. Sebangsa, aku ini pecundang.
Di kedai-kedai kopi, saat aku duduk, aku menatap ke mata orang-orang, berusaha mengeja setiap detail retina mereka, melihat tentang masa-masa yang mereka habiskan dalam hidup. Apakah ada kesetiaan di sana, ketulusan, kesetiakawanan. Apakah senyum dan tawa mereka, itu hadir dari sekian tahun persahabatan atau cuma terbentuk dari suatu hubungan yang sarat kepentingan.
Aku iri dengan orang-orang yang hidup dengan banyak teman. Orang-orang yang selalu dibantu oleh kebanyakan orang.
Aku kesepian. Di antara milyaran manusia, mungkin teman baikku cuma mampu dihitung dengan jemari tangan. Aku memang tertutup, tetapi bukan justifikasi bahwa aku tidak membutuhkan orang-orang, terlebih sebenar-benarnya seorang teman.
Ditulis Oleh : Isnan Nugrah Lastiko Tiko
http://sdftyujklvbn.blogspot.com/2012/01/di-antara-milyaran-manusia-aku-kesepian.html