duhai langit
aku masih mengingat
warnamu
saat kau masih biru
saat aku bertemu
dengannya
kau di atas aku dan dia,
bukan?
kau adalah saksinya
saat aku takut dan
dia menggenggam hatiku
saat aku kecut dan
dia memeluk jiwaku
aku tak layak, bisikku
sssst, desisnya
duhai langit
aku masih mengingat cerahmu
siang itu putih bersih tubuhmu
saat aku jatuh hati padanya
kau menatap aku dan dia, bukan?
tinggalkan aku, pintaku
‘mengapa?’
aku takut
‘jangan takut’
‘jangan takut’
‘jangan takut’
langit
kubuang takut itu
hingga aku tak tahu malu
kubuang takut itu
hingga aku lupa diriku
aku mencintainya
duhai langit
aku masih mengingat warnamu
kau kelabu kala itu
kau mendengar aku dan dia, bukan?
hari itu aku terpaksa jauh darinya
duh...
kau pasti tahu rumusnya
cinta ditambah jarak sama dengan
rindu
duhai langit
tak kan pernah kulupa warnamu
hitam nian warnamu malam itu
malam yang paling kutakuti seumur
hidupku
kau ada di antara aku dan dia,
bukan?
sungguhkah cintamu, tanyaku
‘tentu’
aku terbisu
‘kau takut aku meninggalkanmu’, ia
bersuara
sangat
‘percayalah, aku milikmu’
bolehkah aku percaya
‘ya, percayalah’
langit, aku percaya padanya
terlalu percaya bahkan
cintaku begitu dalam padanya
terlalu dalam bahkan
tapi, langit
di manakah ia hari ini
di manakah ia malam ini
sudah lama sekali
aku tak pernah lagi melihat
wajahnya
aku hampa tanpanya
aku merindunya
o, langit
tetaplah temani aku
temani aku dalam sepiku
dalam rinduku
yusri kombih, oktober, 2014
0 komentar:
Posting Komentar