Kutemukan Syurga dalam Senyumanmu 2
Oleh: Yusri Kombih
Ia siuman, ia tersadar dari pingsannya. Ia buka kedua kelopak matanya perlahan, kini ia berada dalam sebuah ruangan, ia lihat ada seorang anak perempuan duduk disampingnya. Sepertinya ia pernah melihat anak perempuan itu, sepertinya wajah itu tidak asing baginya, tapi kapan? Dimana ia pernah melihat anak perempuan itu, ia mencoba membuka memorinya, tapi ia merasa kepalanya pusing. Akhirnya ia teringat, anak perempuan itu adalah anak perempuan yang tempo hari memberinya uang lima puluh ribu rupiah. Tapi ia menolaknya, dan menjauhinya.
“Aku dimana???” tanyanya dengan kepala yang masih terasa pusing dan pandangan mata yang masih berkunang-kunang.
“Jangan banyak bergerak, kamu istirahat saja dulu” jawab anak perempuan itu.
“ Sekarang kamu berada di rumah sakit, kemaren kamu pingsan” lanjutnya.
“ Kenapa engkau menyelamatkanku? Padahal kemaren penderitaanku hampir saja berakhir???” tanyanya setengah berteriak, kesal.
“ Bukan aku yang menyelamatkanmu, untunglah kemaren ada seorang warga yang menyelamatkanmu”
“Lalu kenapa kamu membawa aku kemari? Kenapa tidak kamu biarkan saja aku mati di sana???”
“Kebetulan kemaren aku pulang jalan kaki dari pengajian di Mushola, dan aku pulang lewat jalan dekat rel kereta, kulihat ada sekerumunan orang yang berkumpul di dekat rel kereta, setelah kulihat ternyata mereka tengah mengerumuni seseorang yang tengah pingsan, yang mencoba bunuh diri. Karena aku merasa mengenalmu, aku bawa saja kamu ke rumah sakit ini”
“Aku mau mati saja...” tangisnya.
“Apa kamu pikir dengan mati semua urusan selesai??? Tidak!!! Bahkan kamu akan semakin menderita, karena orang yang mati bunuh diri itu pasti akan masuk neraka. “Tidak boleh seseorang mengharap-harapkan kematian karena kesulitan hidup yang dihadapinya. Dan jika tidak tahan menghadapi kesulitan itu maka hendaknya ia berkata, “ Ya Allah hidupkan aku jika hidup itulebih baik bagiku, dan matikan aku jika kematian itu lebih baik bagiku” begitulah kata Rasulullah dalam haditsnya. Hidup ini akan terasa indah jika dijalani karena Allah, jadi menagpa kamu ingin mengakhiri hidupmu” jelas anak perempuan itu.
Ia terdiam. Ia merasa hati dan jiwanya bergetar mendengar kata-kata yang keluar dari bibir anak perempuan itu. Sebelumnya ia sama sekali belum pernah mendengar perkataan seindah itu. Sesaat ia terdiam sambil bertanya dalam hatinya, “Apa Allah itu memang benar-benar ada? Tapi tetap saja Allah itu tidak adil” gumamnya dalam hati.
“Oya, perkenalkan, namaku Erina, tapi biasa di panggil Rina” anak perempuan itu memperkenalkan dirinya.
“Namaku Buz” balasnya singkat.
“Oya Buz, besok ada pengajian di mushola, kamu bisa hadir tidak?” tanya anak perempuan yang bernama Erina dengan nama panggilan Rina itu kepada Buz.
“Aku ini hanya anak jalanan, apa pantas anak jalanan sepertiku mengikuti pengajian? Lihatlah penampilanku ini, rasanya aku sangat tidak pantas...”
“Buz...Buz... Kan ke pengajian, bukannya ke kondangan. Allah tidak melihat seseorang dari rupa dan bentuk tubuhnya, tapi Allah melihat dari hati dan perbuatannya” sambung Rina sambil tersenyum.
“Tapi aku sama sekali belum pernah ke pengajian, aku tidak tahu”
“Sudahlah, kamu tidak perlu bingung, kamu datang dan mendengarkan saja”
“Hmmm... baiklah, besok aku akan datang” jawab Buz. Meskipun dengan berat hati ia tetap menerima ajakan Rina tersebut, ia tidak mau menolak kebaikan Rina untuk kedua kalinya, ia merasa tidak enak.
***
Bumi telah sempurna berputar pada porosnya. Hari kemaren telah berganti dengan hari ini, hari kemren telah berlalu dan tak kan pernah kembali. Hari ini Buz datang ke Mushola untuk mengikuti pengajian sebagaiman janjinya kemaren, ia mengenakan pakaian sedanya, ia hanya memiliki dua pasang pakaian, yang selalu ia pakai bergantian dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan dari tahun ke tahun. Pakain itu sudah nampak kumal, karena seringnya dipakai. Sebelum pengajian di mulai ia bertemu dengan Erina.
“Buz..., nich tadi aku membelikannya untukmu, mudah-mudahan kamu menyukainya” Erina menberikan sebuah bungkusan berwarna putih pada Buz.
Tanpa pikir panjang, Buz langsung menerima bungkusan putih itu dan lansung membukanya. Ia menemukan sebuah baju takwa berwarna cokelat dan peci yang berwarnya hitam.
“Mengapa kamu memberku baju ini? Kamu bilang Allah tidak melihat manusia dari penampilannya?” tanya Buz.
“Ya...memang benar. Tapi Allah itu mahaindah dan mencitai keindahan” jelas Erina singkat.
“Sudahlah enggak usah banyak tanya, ganti baju sana, sebentar lagi pengajian di mulai” sambungnya.
Lalu ia segera mengganti bajunya dengan baju takwa penberian Erina itu. Baju takwa yang berwarna cokelat dan peji yang berwarna hitam itu, tampak begitu cocok di pakai oeh Buz, karena memang warna baju itu serasi nampak begitu serasi dengan warna kulitnya yang gelap.
Sekarang, penampilan Buz sudah lebih baik. Sama sekali tidak akan ada yang tau dia adalah seorang anak jalanan, jika dilihat dari penampilannya saat ini. Perlahan ia langkahkan kakinya ke dalam mushola. Sekujur tubuhnya mendadak dingin dan hatinya bergetar hebat, sudah lama ia tidak menginjakkan kakinya ke dalam mushola, terakhir ia ke mushola ialah waktu ia masih di panti asuhan.
Awalnya niatnya menghadiri pengajian hanya sekedar memenuhi permintaan Erina, namun ternyata kini Buz merasa nyaman. Ia merasakan sesuatu hal yang berbeda, sesuatu yang sudah lama tidak dirasakannya. Ia merasa hati dan jiwanya tentram.
Pengajian dimulai. Hatinya semakin bergetar ketika mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh salah seorang peserta pengajian untuk mengawali pengajian. Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an itu, Ustadz yang menjadi pemateri pun menyampaikan materi pengajian.
“Hidup ini adalah anugerah, maka syukurilah. Hidup ini adalah perjuangan, maka bersabarlah. Hidup ini adalah permainan, maka ikutilah aturan mainnya, jangan sampai kita tercatat sebagai orang yang kalah dalam permainan hidup ini. Hidup ini hanya sebentar, maka jangan kau siakan hidup yang hanya sebentar ini, gunakanlah ia dengan sebaik-baiknya.’
Kata demi kata, kalimat demi kalimat yang mengalir dari lisan ustadz itu, semakin menggetarkan hatinya. Materi yang disampaikan pada hari itu adalah tentang ‘Hakikat Hidup’. Buz mendengarkan materi itu dengan baik, ia bandingkan dirinya dengan apa yang telah disampaikan ustadz. Ternyata apa yang disampaikan ustadz banyak yang bertentangan dengan apa yang ada dalam pikiran Buz. Selama ini ia berpikir bahwa hidup initidak artinya sama sekali.
“Kita sebagai seorang muslim, memiliki tujuan hidup yang sangat jelas. Bahkan telah nyata difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat ayat 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusiamelainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Jadi inti dari hidup ini adalah menyembah, menaati, dan menghambakan diri kepada Allah ‘Azza Wajalla.” Jelas ustadz itu. Seolah ia memberitahukan pada Buz tentang tujuan hidup. Seolah Ustadz itu memang tahu kalau Buz selama ini belun tahu arti, makna, dan tujuan hidup, seolah kata-kata itu hanya ditujukan untuknya.
“Baiklah, apa ada yang ingin ditanyakan?” tanya ustadz itu kepada seluruh peserta pengajian. Sesaat seluruh peserta terdiam. Sejatinya sangat banyak pertanyaan dalan hati Buz, namu ia tak berani mengungkapkan semua itu.
“Saya Ustadz...” pinta Erina untuk bertanya.
“Ya, silahkan” jawab ustadz.
“Erina????” bisik Buz dalam hati. Buz memang begitu kagun dengan keramahan dan kelembutan hati Erina.
Erina pun mulai bertanya.
“Ustadz, saya sering mendengar orang-orang mengatakan bahwa Allah itu Mahaadil. Apa itu benar????” Ia terkejut mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang selama ini bersarang dalam hatinya.
“Mengapa Allah menjadikan ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada orang yang hidupnya bhagia, ada pula yang sengsara. Bagaiman dengan anak jalana, pengemis dan rakyat jelata, bagaiman mereka bisa memahami tentang keadilan???” Detak jantung Buz semakin kencang, seolah pertanyaa itu mewakili dirinya.
Lalu sang Ustadz menjawab pertanyaan Erina, dengan bahasa yang sederhana namun jelas.
“Memang Allah mencuptakan kehidupan dunia ini serba berlawanan. Ada laki-laki ada perempuan, ada siang ada malam, ada hitam ada putih, ada kaya ada miskin, ada senang ada susah, ada sebagainya. Allah adlah Al-Hakim, sang pemilik hikmah. Tidak ada dari yang Ia ciptakan melainkan pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya.
Coba kita renungkan dan bayangkan, jika seandainya semua manusia dijadikan kaya, jika seandainya semua manusia dijadikan senang, bisa-bisa manusia akan merasa tidak akan butuh dengan Tuhan.
Dan bagi siapa pun itu, apakah itu bagi seorang fakir, seorang miskin, seorang anak jalanan, bahkan seorang pengemis sekali pun, Allah telah menjamin dalam Al-Qur’an bahwa Ia tidak akan membebani seseorang diluar batas kemampuannya. Artinya, orang yang diberikan ujian oleh Allah, pasti Allah sebagai sang Khalik lebih mengetahui hikmah dari ujian tersebut bagi orang yang Ia beri ujian.
Keadilan Allah bukanlah keadilan yang bisa dimengerti oleh setiap manusia. Karena manusia tidak diberi ilmu pengetahuan oleh Allah mengenai hal tersebut, melainkan hanya sedikit. Allah memeliki rahasia yang Mahaindah disetiap kehendaknya. Apa pun yang kita hadapi saat ini itulah yang terbaik untuk kita, meski terkadang kita memandang hal itu adalah hal yang buruk. Meski terkadang kita tidak mendapatkan apa yang didapatkan oleh orang lain. Yakinlah, bahwa Allah itu Mahaadil dengan segala kehendaknya.” Jelas Ustadz itu panjang lebar.
Hati dan jiwa Buz bergetar mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Ustadz. Sebelumnya ia sama sekali belum pernah mendengar penjelasan yang sejelas itu tentang Kemahaaadilan Tuhan.
“Ya Allah... Ya Rabb... Ampunilah dosaku” gumamnya.
***
Pengajian telah usai, Buz bergegas menemui Erina.
“Rin... terimakasih atas semua kebaikanmu. Kamu telah menunjukkanku jalan kebenaran arti hidup yang sesungguhnya”
“Alhamdulillah jika demikian. Bersyukurlah kepada Allah, karena kamu dipilihnya sebagai salah satu hambanya yang ia beri hidayah cintanya.” Jawab Erina sambil tersenyum.
“Segala puji bagi-Mu Ya Rabb,
Di sudut kegersangan hatiku
Kau sinariku dengan Hidayah-Mu
Di tengah kesesatan langkahku
Kau terangi jalanku dengan Cahaya Cinta-Mu...
Segala puji bagi-Mu ya Rabb,
Ampunilah dosa-dosaku
Hapuskanlah kesalahanku
Dosa yang kulakukan karena kebodohanku
Kesalahan yang kulakukn karena kejhiliahanku
Ampuni aku ya Rabb
Dengan Rahmat dan kasih sayang-Mu
Duhai yang Maha Rahman Rahim...
Segala puji bagi-Mu ya Rabb,
Berikanlah aku kesabaran
Dalam mengarungi lautan hidup ini
Berilah aku ketabahan
Menjalani setiap ujian-Mu
Berilah aku keteguihan Iman
Hingga tiba hari yang kurindukan
Hingga kelak aku bisa menatap
Wajah-Mu yang Indah
Ya Rabbi...”
Tangisnya dalam batin.
Dengan asbab kebaikan dan kelembutan hati Erina akhirnya Buz menemukan jalan hidup, jalan menuju surga.
Selesai_
Allah SWT berfirman,
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadr 1-5).
Ikhwah Fillah…
Lailatul Qadar atau dikenal sebagai malam seribu bulan adalah suatu malam yang mulia karena pada malam itu diturunkannya Al-Quran. Lailatul qadar terjadi pada salah satu malam di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, terutama di malam-malam ganjil. Bulan ini sangat mulia bahkan lebih baik dari seribu bulan…
Semoga kita bisa meraihnya. Amien…
http://yusrikombih.blogspot.com/
Rabu, 01 September 2010
Filled Under:
Kumpulan Cerpen Islami
Kutemukan Syurga dalam Senyumanmu 2
Posted By:
Yusri Kombih
on 20.29
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar