(كوني لؤلؤة نفيسة ولو بين الرمال ~**~ ~**~ كوني زهرة جميلة ولو بين الأعشاب ~**~ (يسري كومبيه ~**~
"Jadilah Sebutir Mutiara Yang Berharga Meski Di Antara Tumpukan Pasir... Jadilah Setangkai Bunga Yang Indah Meski Di Antara Tumbuhnya Rerumputan..." (Yusri Kombih)

Senin, 02 Agustus 2010

Filled Under:

Sejatinya Cinta 2

Langit kembali menghitam, namun ia tak bisa lagi membedakan mana yang hitam dan yang putih. Hari kembali menggelap, namun ia tak bisa lagi membedakan mana yaang terang dan yang gelap. Semua sama saja baginya. Tiba-tiba hand phone nya berbunyi, bunyi nada Short Massage Service (sms).
“From: 085xxxxxxxxx”


Sebuah SMS dari nomor yang asing, lalu ia baca.
“Ibnu Atha’illah berkata:
”Cinta sejati itu menyembuhkan,
tidak menyakikan”.



Ia kaget membaca SMS itu.
“Ini siapa? Apa dia tau tentang masalahku?” hati Harits bertanya-tanya. Demi menghilangkan rasa penasarannya, langsung ia panggil nomor sipengirim sms itu,dan.
“Assalamu’alakum” ucap seseorang dari seberang.
“Wa’alaikusalam, kalau boleh tau ini siapa ?” tanya Harits penasaran.
“Afwan akh, ini ana, sahabatmu, saudaramu, Ichsan”
“O, kamu San”
“Iya akh...afwan ya, karena satu dan lain hal, email antum yang kemaren enggak sempat ana balas”
“Tidak apa-apa, saya maklum kamu pasti sibuk sekarang”
“Tidak juga”
“Oh ya San, maksud kata-kata kamu di SMS tadi apa ?”
“Afwan, itu bukan kata-kata saya, itu merupakan resep cinta dari Ibnu Athaillah”
“Maksudnya apa San? Aku tidak mengerti”
“Maksudya saat hati kita miskin oleh cinta dan rindu kepada Allah, maka hati itu akan dijajah oleh cinta dan rindu pada yang lain. Itulah yang membuat kita tersiksa. Mencintai makhluk itu sangat berpeluang untuk menemui kehilangan. Kebersamaan dengan makhluk itu juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak. Jika kita mencintai seseorang ada dua kemungkinan; diterima atau ditolak. Jika ditolak pasti sakit rasanya. Namun jika kita mencintai Allah pasti diterima. Jika kita mencintai Allah, kita tidak akan pernah merasakan kehilangan. Tak akan ada yang merebut Allah yang kita cintai itu dari hati kita. Tak akan ada yang merampas Allah. jika kita bermesraan dengan Allah, hidup bersama Allah, kita tidak akan pernah berpisah dengannya. Allah akan setia menyertai kita. Allah tidak akan berpisah dari kita, kecuali kita sendiri yang berpisah dari-Nya. Cinta yang paling membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah 'Azza wajalla“
“Tapi bukankah rasa ‘CINTA’ kepada lawan jenis itu wajar, dan ‘CINTA’ itu sendiri adalah fitrah manusia ?”
“Antum benar, Cinta memang fitrah manusia, orang yang tidak punya rasa Cinta pasti dia adalah orang yang tidak normal, Buya Hamka pernah mengungkapkan sebuah ungkapan yang amat indah ‘Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji’ ”
“Lalu, maksudnya?”
“Ya... kita harus bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat, tempatkanlah Cinta itu pada tempatnya”
“Caranya bagaimana? Bolehkah kita pacaran?”
“Setahu saya, pacaran itu adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang dilakukan sebelum akad nikah. Dan biasanya mereka mengatasnamakan Cinta. Sekarang saya tanyakan sama antum, tujuan seseorang berpacaran itu apa sih ? ‘just for fun ?’ ‘mengikuti kehendak hawa nafsu ?’ kita jangan sampai ditunggangi nafsu, seharusnya kitalah yang menunggangi hawa nafsu tersebut. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang digolongkan Allah sebagai orang yang memper-Tuhankan hawa nafsu mereka, na’udzubillah akh!
“Jadi apa yang seharusnya kita lakukan ?”
“Itu terserah Antum, kalo memang antum benar-benar Cinta kepadanya karena Allah, nikahilah dia. Tapi apa mungkin? Antum kan masih SMA, masa depan masih panjang akh. Tapi kalau memang belum ingin menikah bersabarlah, jangan malah antum melakukan pacaran. Cinta itu memang fitrah manusia, tapi bukan berarti kalau Cinta itu lalu diekspresikan lewat pacaran”.
“Mengapa Islam begitu mengekang manusia dengan aturan-aturanya?” tanya Harits dengan nada marah dan benci.
“Astaghfirullahal’adzim, antum tidak boleh berpikir begitu, Islam bukannya mengekang atau melarang manusia dari cinta, hanya saja mengarahkan agar kehormatan dan kemuliaan manusia itu terjaga, karena jika tidak, lalu apa bedanya manusia dengan binatang ? Tahukah antum? Menurut ana cinta yang antum rasakan saat ini hanyalah cinta semu, cinta karena hawa nafsu. Janganlah begitu saudaraku, Sandarkanlah cintamu pada Allah, jika engkau mencintai sesuatu, cintailah sesuatu itu karena Allah”
“Jadi bagaimana caranya aku bisa mengendalikan rasa yang menyiksa ini ?”
“Janganlah antum memandang perasaan itu sebagai siksaan, anggaplah itu sebagai ujian dari Allah ‘Azza Wajalla. Jika Allah masih mau menguji antum, itu artinya Allah masih peduli dan cinta terhadap antum.”
“Bagaimana kita bisa menganggap rasa yang menyiksa ini sebagai ujian?”
“Jagalah pandangan antum terhadap lawan jenis, jauhi berdua-duaan, hindarilah berjabat tangan dengan lawan jenis, dan jangn sekali-kali mendekati zina. Dan jangan pernah antum nodai kesucian cinta dengan hawa nafsu, karena terkadang kita pikir cinta, tapi ternyata ia hanyalah hawa nafsu semata. Oleh sebab itu, berjuanglah melawan hawa nafsu karena Allah. Oh,iya...satu hal yang paling penting, antum harus bersabar karena tentu akan sangat sulit menghadapi hal seperti itu. Bukan hanya antum, ana dan kebanyakan orang pasti juga merasa sulit menghadapi hal yang demikian, namun kita harus tetap sabar, saling mengingatkan, berdo’a dan saling mendo’akan semoga kita tetap diberikan kesabaran. Belajarlah mencintai karena Allah”
“Thanks ya San, semoga aku bisa mengikuti saran-saranmu.”
“Sama-sama akh, mari kita sama berjuang, berperang melawan hawa nafsu.”
“Sekali lagi, terimakasih banyak San..., Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.”



Dalam hati ini
Dalam hasrat ini
Dalam angan ini
Dalam ingin ini
Ingin kutatap indahnya wajah itu
Ingin kulihat memukaunya garis tawa itu
Ingin kupandang betapa meronanya senyuman itu

Meski hanya untuk sesaat
Meski hanya untuk sekejap
Meski hanya untuk sedetik
Meski hanya untuk sepintas
Meski hanya untuk sekilas

Senyuman itu seakan-akan megakar di dasar hatiku
Senyuman itu seakan-akan merasuk ke relung jiwaku
Senyuman itu seakan-akan meracuni ruang pikiranku
Senyuman itu seakan-akan merusak akal sehatku
Senyuman itu seakan-akan memperbudak khayalanku
Senyuman itu seakan-akan menawan lamunanku
Senyuman itu seakan-akan menjajah ingatanku
Senyuman itu seakan-akan mengurung mimpiku
Senyuman itu seakan-akan memenjara tubuhku
Senyuman itu seakan-akan menguasai nafsuku
Senyuman itu seakan-akan merampas kebebasanku
Senyuman itu seakan-akan merampok kehidupanku



Ini sungguh sangat luar biasa
Namun sangat menyiksa
Ini sungguh sangat indah
Namun membuatku menderita

Aku sungguh sangat khawatir
Aku sungguh sangat takut
Aku sungguh sangat bingung
Aku sungguh sangat tak mengarti
Apalah maksud dari semua ini
Apalah arti dari yang kurasakan ini ?
Aku telah terjebak di jurang penderitaan
Apa aku telah tertusuk oleh panah-panah cinta ?
Atau aku telah tertusuk oleh panah-panah setan ?


Setelah berbincang-bincang panjang lebar dengan Ichsan lewat telepon, Harits tertegun, jantungnya berdetak cepat dan semakin cepat.
“Betapa butanya hatiku selama ini” sesalnya.

“Astaghfirullahal’adzim...
Ya, Allah...pantaskah aku disebut sebagai hambamu ?
Padahal selama ini aku telah menjadi hamba hawa nafsu dan hamba setan.
Ya,Allah...pantaskah aku disebut sebagai muslim?
Hampir-hampir aku membenci agama yang teramat mulia ini.
Aku berlindung pada-Mu Ya Allah...
Dari bisikan setan yang terkutuk,
Astaghfirullhal’azim...” ratap Harits, air mata penyesalan terus mengalir dari hati dan jiwanya.


Penjelesan dari Ichsan terus terngiang dipikirannya.
“Cinta sejati itu menyembuhkan, tidak menyakitkan.
Saat hati kita miskin oleh cinta dan rindu kepada Allah, maka hati itu akan dijajah oleh cinta dan rindu pada yang lain. Itulah yang membuat kita tersiksa. Mencintai makhluk itu sangat berpeluang untuk menemui kehilangan. Kebersamaan dengan makhluk itu juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak. Jika kita mencintai seseorang ada dua kemungkinan; diterima atau ditolak. Jika ditolak pasti sakit rasanya. Namun jika kita mencintai Allah pasti diterima. Jika kita mencintai Allah, kita tidak akan pernah merasakan kehilangan. Tak akan ada yang merebut Allah yang kita cintai itu dari hati kita. Tak akan ada yang merampas Allah. jika kita bermesraan dengan Allah, hidup bersama Allah, kita tidak akan pernah berpisah dengannya. Allah akan setia menyertai kita. Allah tidak akan berpisah dari kita, kecuali kita sendiri yang berpisah dari-Nya. Cinta yang paling membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah 'Azza wajalla.
Dan jangan pernah antum nodai kesucian cinta dengan hawa nafsu, karena terkadang kita pikir cinta, tapi ternyata ia hanyalah hawa nafsu semata”



Selesai_

0 komentar:

Posting Komentar

Visitor

free counters

Copyright @ 2013 صاحب القرآن.